Gelora Nurani – Arif Novianto

Mencoba mengukir lengkokan tinta-tinta perlawanan untuk menyampaikan segala ketidak-adilan dan memperjuangkan kebenaran

Catatan Tentang Sebuah “Kata Pengantar” Skripsi dan Keberpihakan Peneliti

“…Mereka yang mempunyai pengetahuan buku
harus pergi ke kenyataan yang hidup,
supaya bisa maju
dan tidak mati mengeloni buku…

Dipa Nusantara Aidit

“Pernahkah kau tahu sebuah pekerjaan tanpa hakikat? Ataukah kau dapat memetik skripsi dari S.K.R.I.P.S.I?”[1]. Jika anda tahu, itulah hakikat dari mengerjakan skripsi. Setelah sampai pada waktu di mana lonceng berdentangan, anda atau lebih tepatnya saya menyadari memang benar kata seorang kawan bahwa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang “selesai”. Syukur Alhamdulillah, setelah bergelut dengan teori dan data hampir selama 2 tahun, akhirnya saya dapat menyelesaikan karya skripsi dengan judul “Perlawanan Rakyat: Analisa Kontra-Hegemoni dalam Ekonomi Politik Kebijakan Pembangunan Pabrik Semen di Pati”. Menulis memang proses yang cukup berat dalam menyelesaikan karya yang hadir di hadapan pembaca ini. Seperti kata Harvey bahwa dalam mengerjakan penelitian, 80%-nya adalah menulis dan hanya 20% berpikir. “Menulis adalah aksi seorang diri yang kadang menakutkan” begitu kata Carlos Fuentes. Itu seperti memasuki terowongan tanpa tahu adakah cahaya diujungnya, atau bahkan apakah ujungnya itu memang ada. Hari demi hari saya luangkan untuk menulis karya penelitian ini dan tanpa tahu pada lembar keberapa saya harus memutuskan untuk berhenti. Itu yang saya lakukan selama 2 bulan penuh setelah sebelumnya disibukan dengan berbagai pekerjaan, aktivisme, dan sekaligus penelitian lapangan.

Waktu 2 bulan saya gunakan untuk menepi, seperti seorang petapa yang mencari sepi, hingga akhirnya mampu menyelesaikan skirpsi ini.

Dalam menyelesaikan karya penelitian ini, saya merasakan kemerdekaan yang langka dan tidak ternilai harganya. Bagaimana tidak, selain meneliti, berpikir kritis, dan menulis, saya terlibat secara langsung dalam gerakan perlawanan bersama rakyat menentang kuasa modal. Penelitian yang cukup berat ini terasa begitu ringan ketika saya bersentuhan dengan orang-orang yang memiliki keteguhan, keoptimisan, dan semangat perjuangan yang benar-benar begitu luar biasa. Bergerak bersama rakyat memberiku pelajaran yang tidak akan pernah saya dapat di ruang-ruang kuliah. Pandangan kaum positivis yang menekankan para peneliti untuk netral dan menjaga jarak dengan objek penelitian saya tentang (lawan) dalam penelitian ini. Mewujudkan perubahan tentang kehidupan yang lebih baik tidak bisa dengan berdalih netral dan menjaga jarak, akan tetapi harus berpihak dan bersentuhan.

Perjalanan hidup yang berliku dan pengalaman yang begitu komplek telah saya lalui hingga akhirnya menyelesaikan skripsi ini. Kuliah s-1 selama hampir enam tahun bukanlah waktu yang singkat. Butuh berbagai perjuangan untuk akhirnya saya dapat menyelesaikannya. Seperti kata Milan Kundera bahwa perjuangan terberat manusia adalah perjuangan ingatan melawan lupa. Karya skripsi ini semoga menjadi tonggak ingatan tentang dialektika perkembangan pemikiran dan pengetahuan saya. Skripsi ini juga semoga menjadi pengingat akan perjuangan dan cita-cita mulia yang pernah saya bangun ketika di kampus.

Perjuangan selama masa kuliah hingga terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Untuk kedua orang tua saya yaitu Wakimin dan Suyatmi berkat kasih sayang, dorongan, dan petuahnya telah membuat saya menjadi seperti ini. Rasa terimakasihku kepada mereka serasa tidak pantas diuraikan dalam sepenggal kalimat ini. Saya berupaya untuk membalas kepercayaan dan kebaikan mereka selama menempuh studi di Yogyakarta dengan ilmu yang bermanfaat. Begitupula kepada kakak saya Rudi Hartanto dan istrinya yaitu Mbak Erna serta keponakan pertama saya Garda Dipa Bhagaskara. Juga kepada simbah kakung saya Wagiyo dan simbah putri Sakerah, petuah mereka tentang “Sangkan Paraning Dumadi” tidak akan saya lupakan dan akan tetap saya pegang sebagai pedoman hidup.

Kepada dosen pembimbing skripsi saya bapak Subando Agus Margono, terimakasih atas saran, kritik, masukan, motivasi dan kesabarannya selama membimbing proses pengerjaan skripsi. Tidak lupa kepada dosen penguji yaitu bapak Kumoro dan bapak Gaby, terimakasih atas berbagai saran, kritik, dan masukan yang telah diberikan yang membuat skripsi ini bisa sebaik sekarang. Kepada pak Hary saya juga haturkan terimakasih atas motivasi dan semangat yang diberikan. Kepada bung Habibie terimakasih atas berbagai diskusi, referensi, dan masukan yang diberikan. Begitu juga kepada Max Lane, karena berkat kuliah umum di Fisipol yang berbicara tentang budaya onani intelektual dan dunia pergerakan telah menginspirasi saya untuk memilih tema skripsi ini.

Penelitian ini tidak akan pernah selesai tanpa para narasumber dan juga kawan pergerakan tolak pabrik semen di Pati. Terimakasih saya ucapkan kepada kang Gunretno, mas Husaini, lek Nur Slamet, mbah Sakidjan, lek Jumadi, mas Widyono, mbak Sriwiyanik, lek Jasmo, mas Edi Gandoz, mbah Warpan, mas Suroso, mas Madris, lek Anho, pak Siwa, pak Karsono, pak Bambang Suteknyo, mas Joko Santoso, mbah Jan Tempe, dan narasumber yang lain yang terlibat dalam diskusi serta pertemuan masyarakat kontra pabrik semen yang kemudian saya jadikan data penelitian. Kepada Yayasan Sheep Indonesia saya ucapkan terimakasih atas kliping media massanya. Kepada kawan-kawan pergerakan hingga terbentuknya media Boemi Mahardika, organisasi Kepal (Keluarga Pemuda Lemahbang), dan Formasi (Forum Masyarakat Sinomwidodo) seperti Gandoz, Lopez, Genter, Mbero, Tomble, Kecik, lek Lolok, lek Sudadi, dan juga kawan-kawan lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu-satu. Begitu pula kepada kawan-kawan pergerakan tolak pabrik semen yang tergabung dalam JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng Utara), LIKRA (Lingkar Kendeng Sejahtera), AAWK (Aliansi Ahli Waris Kendeng), ARKB (Aliansi Rakyat Kendeng Berdaulat) dan organisasi ditingkat Desa dan Dukuh serta para aktivis dan warga kendeng yang berjuang menentang kuasa modal yang juga tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Saya banyak belajar dan terinspirasi dari perjuangan mereka.

Kepada para dosen dan peneliti di kampus UGM yang selama ini saya timba ilmunya, saya juga ucapkan banyak terimakasih. Terutama kepada dosen-dosen jurusan Manajemen & Kebijakan Publik, FISIPOL – UGM. Begitupula kepada pak Erwan dan pak Samodra, yang selama proses panjang pengerjaan skripsi mempercayai saya terlibat dalam beberapa penelitian dan saya banyak belajar dari sana.

Kepada kawan-kawan di MKP UGM 2010 yang telah bersama mengarungi “pahit-manisnya” kehidupan di kampus, seperti geng PPSMB parangkusumo: Agung Bli, Rizal, Jojo, Tajir, Icha, Tika, Dema, dan Resi. Begitupula teruntuk Mamed, Rizky, Ardhi, Nancy, ARH, Anditas, Mik-Mik, Agung Kiting, Roby, Cukri, Fafa, Ian Jagur, Imam, dan juga kawan-kawan lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu. Untuk kawan-kawan KKN JTG 32: Sarcil, Nadia, Ajeng, Faukhan, Lukman, Brian, Rozen, Anis, Rani, dan keluarga besar Pak Ali Miritpetikusan serta kawan-kawan lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu. Tidak lupa untuk kawan-kawan di Kost Djiwa dan Rumah Pergerakan. Semoga persahabatan dengan kalian akan tetap terjalin dari waktu ke waktu.

Kepada kawan-kawan di MAP Corner-klub MKP UGM: bung Habibie, mbak Nia, Wahyu, Alih, Ailan, Cuna, Nolin, Ulfa, Imel, Oca, Adi, Hardian, Danan, dan Fajar. Berikutnya kawan-kawan di Lingkar Studi Sosialis: Mahe, Tia, Danang, Kukuh, Fullah, Boy, Alih, Reza, Mamat, dan juga kawan yang lain. Juga kepada kawan-kawan di GAMAPI UGM & BEM KM UGM: terutama untuk mas Umar, Zacky, dan Bima yang telah banyak menginspirasi saya ketika masa awal-awal kuliah. Diskusi dan bergerak bersama kalian telah mengajariku banyak hal. Semoga idealisme dan cita-cita luhur kita akan terus tetap mekar berseri apapun musim-musim yang akan dilalui.

Kepada kawan-kawan pergerakan yang selama masa kuliah menjadi teman diskusi, teman berpikir-kritis, dan kawan seperjuangan, seperti dari KPO-PRP: Mahe, Pipin, Kukuh dan Danang. Kawan-kawan di PPR: Sugik dan Che Gove. Kawan-kawan di Pembebasan, PMD, Sekber, SMI, dan organ pergerakan lain. Kawan-kawan Militan: Raymond dan Isman. Kawan-kawan aktivis buruh: Restu, mang Iip, Al, dan mang Masyuri. Kawan-kawan Social Movement Institute: mas Eko, Angga, Fai, Andre, dan lainnya. Kawan-kawan di sekolah agraria, Komite Aksi Untuk Reforma Agraria, dan kawan-kawan diberbagai aliansi yang selama ini turut saya geluti. Selain itu juga untuk kawan-kawan di ARMP, PPLP, WTT, FKMA, Pakubangsan, dan juga organisasi gerakan yang lainnya. Kepada kawan-kawan semua ucapkan terimakasih, semoga cita-cita mulia tentang Sosialisme dapat kita rengkuh bersama.

Tidak lupa kepada redaktur Tempo, Kr-Jogja, Tribun Jogja, Metro Riau, Halaun Padang, Solo Post, Okezone, Galamedia, Sinar Harapan, Suara Pembaharuan, Lampung Post, Kendari Post, Batam Post, Banjarmasin Post, Arah Juang, Suara Merdeka, Jurnal Sospol UGM, Jurnal Mahasiswa Fisipol UGM, Jurnal Suluh Pergerakan, Indoprogress, Islam Bergerak, dan juga media yang lainnya. Rasa terimakasih saya ucapkan karena telah sudi untuk memuat berbagai tulisan saya selama ini.

Karya Skripsi yang tersaji dihadapan pembaca ini, masihlah belum sempurna. Semoga karya penelitian ini dapat bermanfaat bagi mereka yang berupaya dan tengah menentang merginalisasi, ketidakadilan, dan penindasan.

Saya menyadari karena karya ini bukanlah dari perspektif elit capture, maka para elit politik, elit ekonomi, kroni-kroni kuasa hegemonik, dan masyarakat yang masih terjerat kepengaturan kuasa hegemonik akan menganggap karya ini sebagai “kritik yang mengganggu ketentraman & stabilitas”. Namun ketentraman itu adalah ketentraman kuasa hegemonik, yaitu ketentraman diatas penderitaan dan penghisapan atas rakyat kecil. Stabilitas itu juga bukanlah stabilitas umum, tapi stabilitas politik mereka untuk terus menguasai, memporak-porandakan, dan merampas. Karya ini mungkin akan dihakimi kaum positivis sebagai tidak ilmiah dan provokatif karena selama penelitian, peneliti turut bergerak bersama rakyat. Namun netralitas dan keilmiahan bagi mereka pada dasarnya hanyalah untuk terus mempertahankan status-quo dan menjadi onani intelektual. Sehingga saya menantang mereka pada perdebatan teoritis dan praksis tentang bagaimana kehidupan yang layak dapat dibela dan dipertahankan.

Yogyakarta, 20 Oktober 2016

Arif Novianto

[1] Terinspirasi percakapan Lintang di Novel Pulang karya Leila Chudori yang ternyata dia terinspirasi dari syair Jalaludin Rumi “Pernahkah kau tahu sebuah nama tanpa hakikat? Ataukah kau dapat memetik mawar dari M-A-W-A-R?” dalam Masnawi Kisah-kisah Fantastis dari Persia (2014).

Leave a comment