Gelora Nurani – Arif Novianto

Mencoba mengukir lengkokan tinta-tinta perlawanan untuk menyampaikan segala ketidak-adilan dan memperjuangkan kebenaran

Tag Archives: Idiologi

Membangkitkan Kembali Soekarno

Soekarno Jokowi Prabowo

Doc: Nobodycorp Internationale Unltd

Sumbangsih Sukarno terhadap negara dan bangsa Indonesia tidak lagi dapat terhitung nilainya. Sukarno tidak hanya dikagumi oleh bangsa Indonesia semata, tapi juga masyarakat internasional.    Pemikiran Sukarno tentang penolakan terhadap neo-imperialisme dan neo-kolonialisme yang digelorakan di berbagai forum internasional telah membuatnya menjadi salah satu pionir perjuangan bangsa terjajah dalam merebut kemerdekaan. Selain itu, Sukarno adalah penggali ideologi negara Indonesia: Pancasila. Karismanya yang begitu besar telah membuatnya disegani. Keberaniannya telah membuat negara-negara lain gentar.

Setelah Sukarno dilengserkan dari tampuk kekuasaan dan digantikan oleh Soeharto sebagai presiden pada 1966, proses desukarnoisasi pun dijalankan oleh pemerintah Orde Baru ini secara masif selama 32 tahun. Semua yang berbau Sukarno pun dikebiri. Bahkan, pemikiran Sukarno tentang neo-kolonialisme dan neo-imperialisme yang menginspirasi perjuangan masyarakat dunia dihilangkan paksa dari diskursus ilmu sosial dan politik di lingkungan pendidikan.

Kini simbolisasi politik Sukarno kembali berusaha dibangkitkan oleh dua kandidat presiden Indonesia dalam kampanye pemilihan presiden pada tahun ini, yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Prabowo bahkan menasbihkan diri sebagai Sukarno Kecil. Simbolisasi politik Sukarno dengan tendensius diselipkan dalam penampilannya di depan publik. Hal ini dimulai dari mikrofon era 1950-an seperti yang sering digunakan Sukarno saat pidato kenegaraan, model pakaian ala pejuang kemerdekaan, hingga gaya pidatonya di depan publik.
Read more of this post

Mobil dan Idiologi Penghancuran

Koran Madura 25 September 2013

Doc: Epapaer Koran Madura 25 September 2013

Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013 tentang Regulasi Mobil Murah dan Ramah Lingkungan (LCGC) telah menciptakan pro-kontra dan perdebatan sengit ditengah masyarakat. Masalah kesamaan hak bagi masyarakat (terutama rakyat menengah bawah) untuk menikmati keistimewaan mobil dan masalah kemacetan serta polusi terus dilontarkan tanpa pernah mencapai titik temu.

Yang jelas mobil telah menjadi kebutuhan vital di era sekarang ini didalam melakukan mobilisasi. Akan tetapi mungkin banyak orang tidak menyadari, bahwa mobil pribadi ini telah memporak-porandakan perencanaan kota dan pemukiman dimana mereka tinggal sekarang ini serta telah menciptakan kerusakan pada Bumi. Dan penulis tidak bisa membayangkan bagaimana wajah kota-kota besar tersebut bila setiap keluarga memiliki satu mobil? Atau bahkan dua mobil dan lebih? Sebagai akibat dari kebijakan mobil murah ini.

Kapitalisme Mobil

            Didalam perkembangannya, menurut Andre Gorz (2005) mobil ini ketika awal kemunculannya dimaksudkan untuk menciptakan keistimewaan yang belum pernah ada presedennya bagi segelintir orang yang sangat kaya. Karena orang kaya tersebut harus memisahkan diri dari orang miskin, sebab tidak ada artinya kaya ketika tetap sama dengan orang miskin.

Read more of this post

Tergusurnya Politik oleh Mekanisme Pasar

politik tergusur mekanisme pasar hilangnya politikMendengar kata “politik”, sebagian besar masyarakat awam di Indonesia sekarang ini pasti akan merujuk kepada konflik kepentingan (dalam arti negatif), perilaku koruptif dan manipulatif yang dilakukan oleh para pejabat publik untuk kepentingan kekuasaannya. Artinya “politik” dianggap sebagai barang haram yang selalu lekat dengan efek negatif didalamnya. Frame berfikir tersebut tak terlepas dari sokongan pemberitaan di media yang secara tidak langsung menyelaraskan politik ini dengan tindakan negatif yang menyimpang.

Tetapi apakah benar politik seperti itu? di mana telah membuat kemandulan pada sistem pemerintahan kita dan telah mengarah ke tindakan-tindakan menyimpang yang dapat kita lihat sekarang ini? seperti perilaku korupsi dan manipulasi, ketidakberpihakan kebijakan kepada rakyat dan porak-porandanya sistem demokrasi ini?

Bagi penulis adalah tidak. Karena fenomena yang tengah terjadi di dalam aras gejolak demokrasi di Indonesia sekarang ini bukan peristiwa yang disebabkan oleh politik. Akan tetapi karena hilangnya politik itu sendiri di dalam relasi demokrasi dan pengambilan keputusan.
Read more of this post

Elitisme Parpol & Masalah Demokrasi Kita

elit-elit politik dalam parpol yang tidak berpihak kepada rakyat

Doc: Luwarso

Mungkin kita cukup familiar ketika mendengar slogan-slogan dari para Politiksi bahwa “Suara Partai A,B, atau C adalah suara Rakyat”. Begitulah mereka berusaha menerjemahkan tujuan dari Partai-partainya, agar dapat seirama dengan kehendak rakyat. Tetapi kemudian apakah suara dari Partai-partai Politik (Parpol) tersebut benar-benar mewakili suara rakyat? dan rakyat siapa yang dimaksud? Apakah raky
at secara keseluruhan atau sebagian kecil dari rakyat?

Bila kita refleksikan apa yang terjadi di Indonesia sekarang ini, mungkin sebagian besar dari rakyat akan menjawab tidak mewakili suaranya dan hanya berpihak pada sebagian kecil dari rakyat. Itu terjadi karena dinamika yang dihadapi sebagian besar masyarakat sekarang ini menggambarkan hal yang demikian. Dimana kesejahteraan, keadilan dan pemerataan kemakmuran hanya terlontar ketika musim kampanye Politik saja, sedangkan setelah itu kenyataan yang ada seperti sebuah angin lalu.

Oligarki Partai Politik

Partai-partai yang ada di dalam setiap ajang kontestasi politik sekarang ini adalah partai-partai berlambang pragmatis-oportunis. Itu terjadi karena Parpol-parpol yang sekarang hadir dihadapan kita ini tidak benar-benar mengakar dari rakyat. Dan Parpol-parpol tersebut juga telah gagal di dalam menjalankan fungsi-fungsi yang semestinya mereka jalankan dengan baik, yaitu menjadi wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingannya dihadapan penguasa (Budiardjo, 2008: 405).

Read more of this post