Gelora Nurani – Arif Novianto

Mencoba mengukir lengkokan tinta-tinta perlawanan untuk menyampaikan segala ketidak-adilan dan memperjuangkan kebenaran

Tag Archives: puisi

Titipan Sang Pencipta

Untuk Kelahiran Keponakanku: Gharda Dipa Bhagaskara Jagaddhita

karikatur perdamaian gerakan besama

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Sang Bhagaskara tertatih-tatih bangkit

mengusir halimun keringat bumi

yang sejak malam, membasahi kaki pegunungan kendeng utara – Pati

 

sejak dini hari Senin Wage 5 Januari

tanda kelahiran jabang bayi telah berbunyi

dunia berbinar-binar

menanti makhluk pilihan

yang telah berhasil berenang merebut singgasana

bersaing dengan ribuan makhluk kecil di gua garba

buah cinta kasih asmara

 

Read more of this post

Menyentuh Rasa

Wanita pinggir jalan terasing tersingkir pemulung

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Rintik hujan tak jua lelah

malam semakin larut

bulan bintang melamun

hingga datang seberkas sinar di ufuk timur

mencabut dongeng tidur

 

angin menyusup bergerilya

menyusuri bekas keringat di tubuhnya

bersemilir menelejanjangi

Read more of this post

Caping Pak Jayadi

hutan

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Senja sore itu tak lagi bersenandung

Ia tampak muram dibekap mendhung

Ladang persawahan hilang lenyap

Yang tampak hanyalah lautan baru yang menghadirkan ratap

 

Tangisan pak Jayadi tampak samar dibalik gerimis hujan

Dia tak mampu lagi menjamah pematang sawahnya dengan seonggok tubuh,

Rangkaian debog pisang dijadikan rakit untuk berselancar

Read more of this post

Kumpulan Puisi 1

HilangKoran Madura Puisi 7 Februari 2014 a

Jika,

Mawar berduri hanya menjeruji

Anggrek hanya Merengek

Tulip hanya Mengintip

Kamboja pun hanya mengeja

 

Maka semua keindahan itu,

Lenyap tak bermakna

Tegal, 24 Oktober 2013

Read more of this post

Balada Dewi Shinta

Rangkaian kata ini ditulis, setelah menyaksikan pertunjukan Wayang Kulit dari Ki Joko Edan, dengan lakon “Rhama, Lesmana, lan Shinta Suwargo”

Dhewi sinta rhama wijaya rahwana

Doc: The Old Manuscript

Dihutan belantara

Daun dadap mengendap

Melirih bisu dilengkung pelangi

Yang terpancar membeku

Dibola matamu

 

Ranjang dilapisi anyaman pandan

Menggigil memelukmu

Yang berkelindan nestapa

Dalam celoteh burung hantu

 

Read more of this post

Memetik Tangkai Kerja

Kerja untuk pembebasan dan perjuangan

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Kota tegal menjadi saksi senyap

Tubuhku dijagal, keringatku dihisap

Waktu bersembunyi dibalik ketiak

Lelah melahap

Demi sesuap nasi tiarap

 

Kerja mengajariku mengeja

Membaca hakikat hidup

Untuk mengurai riak-riak kepicikan

Dibalik lafal-lafal pertumbuhan ekonomi

Read more of this post

Sajak Kenangan Yang Tertinggal

sajak kenangan yang tertinggal miritpetikusan

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Sajak ini kutulis

Saat waktu bersapa

Malam mengenang

Angin membelai

Menggodaku berpeluk bersama lazuardi masa lalu

 

Udara bercumbu dengan hangat tubuhku

Mendekap erat merekat

Seperti sepasang merpati yang bersua kembali

Untuk beradu kasih dialtar cakrawala

Ditemani romantisme waktu

Yang mencekiku sampai tak bersuara

 

Read more of this post

Sajak Berkeping-keping

Sajak berkeping-keping cinta waktu tak menentu penantian

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Kutulis sajak ini

Mengenang setengah windu lalu

Saat belukar terbakar berbenih ilalang

Malam menerkam, mencabik-cabik kerancuan

Yang pernah kau tanam, lalu kau tinggalkan

Membekas harapan dan penantian

 

Kau yang menghilang

Atau kau yang kuhilangkan

Sampai sekarang aku tak tahu

Namun tirai kepalsuan yang kau bentangkan

Read more of this post

Cempeku

Ini adalah rangkaian puisi untuk Melawan Lupa dan Mengenang peristiwa  pembantaian manusia terbesar kedua sepanjang sejarah dunia. Yaitu peristiwa Gestok (Gerakan Satu Oktober) 1965, dimana orang kiri dibantai dengan tak manusiawi. Rangkaian Pusi tersebut meliputi “Purgatory Gerwani” , “Suara, Tinta dan Darah Perlawanan” dan “Cempeku”.
Sejarah bukanlah untaian kenangan yang kosong. Sejarah adalah pembelajaran yang menentukan arah transformasi kita kedepan. Kalau semua orang melupakan sejarah kelam ini, maka siapa yang akan memperjuangkannya? Apakah kita ingin mengulangi sejarah kelam ini? atau membiarkan para pelaku keji dalam sejarah itu mengukir lengkokan sejarahnya sendiri? Yang telah memberikan imajinasi kebusukan bagi kita? Yang telah mencongkel kita dari goresan keemasan yang harusnya dapat kita ukir sendiri?
Kebenaran harus diungkap kawan, walaupun itu Pahit!!!

Peristiwa kudeta 1965

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Langit merona merah jingga

Membentang luas sepanjang sudut Cakrawala

Hari itu, sorot sang fajar tak hanya memuram di timur

Tapi, dia menjamur disepanjang bangunan yang hancur

 

Angin pancaroba telah meniupkan kegersangan

Udara panas bagai api pembakaran

Hantu kecemasan telah berkeliaran

Nyawa dan kematian hanya bagaikan uban

 

Read more of this post

Suara, Tinta dan Darah Perlawanan

Perlawanan rakyat menentang penguasa

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Lilitan tinta disecarik kertas putih yg membeku ini

bersuara lantang

menentang coretan liar yang tak beraturan

yang kau gores dengan nafsu

 

Suaraku dapat kau bungkam

tapi tinta ini dapat menari-nari liar

melebihi aungan serigala malam

yang tak kan sedikitpun dapat kau hentikan

 

Read more of this post