Renungan Seberkas Insomnia

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Hampir fajar menjelang

sepi bercumbu dingin

menyusup lewat lorong jendela

 

Di kamar ini

entah mengapa aku merasa terasing

kupejamkan mataku

yang tampak hanya seberkas cinta

menyuarakan langgam

dalam bisikan metafora yang berbeda

 

Hatiku selalu meraba

dalam gumpalan rasa yang tak bernama

diantara rintih rindu yang telanjang tanpa sehelai kain

tentang nyanyian tanpa jampi-jampi tanpa taburan bunga

 

Memetik Tangkai Kerja

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Kota tegal menjadi saksi senyap

Tubuhku dijagal, keringatku dihisap

Waktu bersembunyi dibalik ketiak

Lelah melahap

Demi sesuap nasi tiarap

 

Kerja mengajariku mengeja

Membaca hakikat hidup

Untuk mengurai riak-riak kepicikan

Dibalik lafal-lafal pertumbuhan ekonomi

Suara, Tinta dan Darah Perlawanan

Doc: Galeri Rupa Lentera di Atas Bukit

Lilitan tinta disecarik kertas putih yg membeku ini

bersuara lantang

menentang coretan liar yang tak beraturan

yang kau gores dengan nafsu

 

Suaraku dapat kau bungkam

tapi tinta ini dapat menari-nari liar

melebihi aungan serigala malam

yang tak kan sedikitpun dapat kau hentikan

 

Atas Nama Kemerdekaan Sejati

“Merdeka… Merdeka… dan Merdeka Selama-lamanya!”

 

Kemerdekaan Bukanlah suatu tujuan akhir kawan,

Apalah itu kemerdekaan, ketika sayatan luka ini semakin melebar,

Apalah itu kemerdekaan, Ketika rengekan tangis sedih kelaparan semakin memilukan,

Dan apa juga itu Merdeka, disaat depresi kemiskinan memuntahkan jeritnya,

Sungguh Saya Sedih,

Tatkala melihat generasi bangsa ini terbujuk serta terbuai oleh belaian Modernisasi,